Cincin itu pertama sekali dilihat oleh Galileo Galilei pada tahun 1610 dengan teleskopnya, tetapi dia tidak dapat memastikannya. Dia kemudian menulis kepada adipati Toscana
bahwa "Saturnus tidak sendirian, tetapi terdiri dari tiga yang hampir
bersentuhan dan tidak bergerak. Cincin itu tersusun dalam garis sejajar
dengan zodiak dan yang di tengah (Saturnus) adalah tiga kali besar yang
lurus (penjuru cincin)". Dia juga mengira bahwa Saturnus memiliki
"telinga." Pada tahun 1612 sudut cincin menghadap tepat pada bumi dan cincin tersebut akhirnya hilang dan kemudian pada tahun 1613 cincin itu muncul kembali, yang membuat Galileo bingung.
Persoalan cincin itu tidak dapat diselesaikan sehingga 1655 oleh Christian Huygens, yang menggunakan teleskop yang lebih kuat daripada teleskop yang digunakan Galileo.
Pada tahun 1675 Giovanni Domenico Cassini
menentukan bahwa cincin Saturnus sebenarnya terdiri dari berbagai
cincin yang lebih kecil dengan ruang antara mereka, bagian terbesar
dinamakan Divisi Cassini.
Pada tahun 1859, James Clerk Maxwell
menunjukan bahwa cincin tersebut tidak padat, namun terbuat dari
partikel-partikel kecil, yang mengorbit Saturnus sendiri-sendiri dan
jika tidak, cincin itu akan tidak stabil atau terpisah.[18] James Keeler mempelajari cincin itu menggunakan spektrometer tahun 1895 yang membuktikan bahwa teori Maxwell benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar