Awan Saturnus, seperti halnya Yupiter, merotasi dengan kecepatan yang
berbeda-beda bergantung dari posisi lintangnya. Tidak seperti Yupiter,
awan Saturnus lebih redup dan awan Saturnus lebih lebar di khatulistiwa.
Awan terendah Saturnus dibuat oleh air es dan dengan ketebalan sekitar
10 kilometer. Temperatur Saturnus cukup rendah, dengan suhu 250 K (-10°F, -23°C). Awan di atasnya, memiliki ketebalan 50 kilometer, terbuat dari es amonium hidrogensulfida (simbol kimia: NH4HS) dan di atas awan tersebut terdapat awan es amonia dengan ketebalan 80 kilometer. Bagian teratas dibuat dari gas hidrogen dan helium, dimana tebalnya sekitar 200 dan 270 kilometer. Aurora juga diketahui terbentuk di mesosfer Saturnus.[10]
Temperatur di awan bagian atas Saturnus sangat rendah, yaitu sebesar 98
K (-283 °F, -175 °C). Temperatur di awan bagian dalam Saturnus lebih
besar daripada yang diluar karena panas yang diproduksi di bagian dalam
Saturn.[11] Angin Saturnus merupakan salah satu dari angin terkencang di Tata Surya, mencapai kecepatan 500 m/s (1.800 km/h, 1.118 mph),[12] yang jauh lebih cepat daripada angin yang ada di Bumi.
Pada Atmosfer Saturnus juga terdapat awan berbentuk lonjong yang
mirip dengan awan berbentuk lonjong yang lebih jelas yang ada di
Yupiter. Titik lonjong ini adalah badai besar, mirip dengan angin taufan
yang ada di Bumi. Pada tahun 1990, Teleskop Hubble mendeteksi awan putih didekat khatulistiwa Saturnus. Badai seperti tahun 1990 diketahui dengan nama Bintik Putih Raksasa, badai unik Saturnus yang hanya ada dalam waktu yang pendek dan muncul setiap 30 tahun waktu Bumi.[13] Bintik Putih Raksasa juga ditemukan tahun 1876, 1903, 1933 dan tahun 1960. Jika lingkaran konstan ini berlanjut, diprediksi bahwa pada tahun 2020 bintik putih besar akan terbentuk kembali.[14]
Pesawat angkasa Voyager 1 mendeteksi awan heksagonal didekat kutub utara Saturnus sekitar bujur 78° utara. Cassini-Huygens nantinya mengkonfirmasi hal ini tahun 2006.
Tidak seperti kutub utara, kutub selatan tidak menunjukan bentuk awan
heksagonal dan yang menarik, Cassini menemukan badai mirip dengan siklon tropis
terkunci di kutub selatan dengan dinding mata yang jelas. Penemuan ini
mendapat catatan karena tidak ada planet lain kecuali Bumi di tata surya
yang memiliki dinding mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar